LXVIII
Tiba-tiba jendela hatiku terkuak lebar-lebar pagi ini, jendela yang menghadap ke dalam hatimu.
Aku heran melihat bahwa nama yang dengannya engkau mengenaliku tertulis di dedaunan dan bunga-bunga bulan April, dan aku duduk membisu.
Tirai telah disingkapkan sejenak antara lagu-laguku dan lagu-lagumu.
Kudapati bahwa terang pagimu mampat dalam lagu-laguku yang membisu tak dinyanyikan; Kupikir bahwa aku akan mempelajarinya di kakimu - dan aku duduk membisu.
(Musim Panen, R. Tagore)
Tiba-tiba jendela hatiku terkuak lebar-lebar pagi ini, jendela yang menghadap ke dalam hatimu.
Aku heran melihat bahwa nama yang dengannya engkau mengenaliku tertulis di dedaunan dan bunga-bunga bulan April, dan aku duduk membisu.
Tirai telah disingkapkan sejenak antara lagu-laguku dan lagu-lagumu.
Kudapati bahwa terang pagimu mampat dalam lagu-laguku yang membisu tak dinyanyikan; Kupikir bahwa aku akan mempelajarinya di kakimu - dan aku duduk membisu.
(Musim Panen, R. Tagore)
Reacties