Nasib Para Buku Liburan



Salah seorang teman dari masa lalu saya pernah bilang, "Buku baru hidup kalau dibaca." Pesan ini selalu saya ingat sampai sekarang. Bahkan ini menguat sebagai kebiasaan memberikan buku (terutama buku yang dibawa liburan) yang selesai saya baca ke orang lain. Semata-mata untuk menjaga agar buku itu hidup terus.

Hmm... sebelum saya pindah ke sini, semua koleksi Michael Crichton saya saya transmigrasikan ke seorang teman kantor.
"Selasa bersama Morrie" saya baca di salah satu perjalanan ke Bali. Ketika perjalanan selesai dia pun pindah tangan ke teman perjalanan saya.
"The Brethren" dari John Grisham menemani saya dalam liburan pertama ke Amsterdam. Setelah tugasnya selesai .. dia juga saya hibahkan ke seseorang, tapi lupa siapa..
"The Little Prince" dari Antoine de Saint-Exupery menemani saya dalam perjalanan ke Bali terakhir. Dia pun akhirnya saya tinggalkan di sana bersama seorang teman.
Terakhir, "Negeri Senja" dari SGA (gara-gara Atta nih) yang menemani saya pulang ke sini. Dia baru saya antarkan ke tetangga saya sebagai hantaran balasan atas sekotak nasi kuning dan dendeng ragi.

Catatan: hukum ini hanya berlaku untuk buku fiksi yang hanya asik dibaca sekali (kecuali mungkin "Selasa bersama Morrie" dan "The Little Prince"). Sebenarnya saya tidak begitu suka membaca fiksi, kecuali untuk teman perjalanan. Sedangkan buku-buku puisi saya pun hidup terus tanpa harus dilungsurkan, karena sering dibaca-baca.

Reacties

Populaire posts