Kerinduan pada Bali

Ini entry diary saya dua tahun yang lalu, ditulis di tengah dinginya musim semi. Kerinduan pada Bali selalu menimbulkan perasaan yang sama, pun sampai sekarang.

Selasa, 2 oktober 01

Weekend kemarin saya melihat pemandangan gunung-gunung di Jerman. Bagus dan damai memang, tapi tak membuat saya tersentuh secara emosional. Saya merasa pengen nangis atau berteriak dan tiba-tiba sesak napas ketika melihat beningnya laut di Pulau Putri dan ikan-ikan yang berseliweran di dasar laut yang terlihat jelas.

Laut begitu dinamis dan kaya. Ada sesuatu yang jadi lebih hidup dalam sel dan darah saya saat memandang cakrawala biru pekat di Dreamland, atau saat sampai di Suluban, di mana cakrawala jadi satu dengan langit. Atau Jimbaran. Bahkan Kuta yang hingar bingar itu pun jadi romantis dan magis saat senja.

Saya kangen berada di tempat-tempat itu. Kerinduan pada satu tempat memang sulit dijelaskan dan dideskripsikan, karena itu adalah rasa tertentu yang hinggap pada kita di waktu-waktu yang sama sekali tak terduga.

Saya rindu Bali. Saya rindu laut tropis dan matahari garangnya. Saya rindu menonton langit jadi kanvas magis di senja hari. Saya rindu pohon kelapa dan langit biru. Pasir putih (atau hitam) dan ombak yang hangat. Ada yang menyentak dalam saya memikirkan semua ini. jiwa saya mungkin tertinggal di sana.


Photolog perjalanan Bali 2003 ada di sini.

Reacties

Populaire posts